Catatan Popular
-
Habib Hasan bin Ja’far Assegaf: Habib Umar bin Hafidz dari Tarim, Hadhramaut, setelah meminta pertimbangan kepada Al-Alamah Habib Anis Al-Ha...
-
.Masyarakat Melayu Arab terdapat di Sabah terutamanya di Tawau, sebuah daerah yang terletak di hujung tenggara negeri Sabah. Masyarakat Mela...
-
Nadamtu min kulli syarrin. Asy-hadu an la ilaha illallahu wandahu la syarika lahu wa asyhadu anna sayyidana Muhammadan `abduhu warasuluhu, ...
Selasa, 11 Februari 2014
Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib ra. (SINGA ALLAH)
Pada suatu hari Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil membawa busur & anak panah untuk berburu binatang di padang pasir, hal itu telah menjadi hobi & kegemarannya sejak masa muda.
Siang itu hampir setengah harian ia habiskan waktunya di padang pasir yang luas dan tandus itu, akan tetapi ia tidak mendapatkan buruannya. Akhirnya ia beranjak pulang dan mampir di Ka’bah untuk melakukan thawaf sebelum kembali ke rumah.
Sesampainya di depan Ka’bah seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud’an At Taimi menghampirinya seraya berkata,”Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kamu melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam-lah, musuh bebuyutannya telah memaki & menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya.” kemudian diceritakannya peristiwa itu secara rinci.
Setelah mendengarkan panjang lebar peristiwa yang di alami oleh keponakannya tadi pagi, dia terdiam sambil menundukkan kepalanya sejenak. Lalu ia membawa busur & anak panah & menyandangnya, Kemudian dengan langkah cepat & tegap, ia pergi menuju Ka’bah & berharap akan bertemu dengan Abu Jahal di sana. Namun belum sampai di Ka’bah ia melihat Abu Jahal & beberapa pembesar Quraisy sedang berbincang-bincang. Maka dalam ketenangan yang mencekam, Hamzah mendekati Abu Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan busur panahnya & dihantamkan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur & mengucurlah darah segar deras dari dahinya.
“Mengapa kamu memaki & mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya & meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaan mu itu kepadaku jika kamu berani!”, bentak Hamzah kepada Abu Jahal.
Akhirnya dalam beberapa saat orang-orang yang berada di sekitar Ka’bah lupa akan penghinaan yang baru saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut & menjadi pengikut Baginda Rasul.
Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah & menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya berkata,”Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan kata-kata yang tidak pantas.”
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas & pendirian yang kuat. Ketika sampai di rumah, ia duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya & membawanya berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya.
Sementara itu Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin berpendapat perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu ia mulai menghasut & memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rosulullah & pengikutnya. Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai & benteng pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama islam lebih mendalam.
Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, & juga jiwa raganya untuk kepentingan da’wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan jika Rasulullah menjulukinya dengan sebutan “Asadullah” yang berarti singa Allah.
Pasukan kaum muslimin yang pertama kali di kirim oleh Rasulullah dalam perang Badar, di pimpin langsung oleh Sayyidina Hamzah, Si Singa Allah, & Ali bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, & tentunya mereka tidak mau menelan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri & menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya.
Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Rasulullah & Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak & organ hatinya akan di ambil & akan di makan oleh Hindun yang memiliki dendam sangat membara karena suaminya terbunuh dalam perang Badar.
Washyi bin Harb diberikan tugas yang maha berat yaitu membunuh Hamzah & dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu akan dimerdekakan dari perbudakan.
Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu & terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin.. Ia mulai menyerang ke kiri & ke kanan. Setiap ada musuh yang berupaya menghadangnya, pastilah kepalanya akan terpisah dari lehernya.
Seluruh pasukan kaum muslimin maju & bergerak serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana & tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran tersebut.
Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang & berbalik menduduki bukit Uhud & mulai melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut.
Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut & kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang & menghalau serangan kaum Quraisy. Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah, setelah menebas leher Siba’ bin Abdul Uzza dengan lihainya. Maka pada saat itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang & melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit & berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya & akhirnya roboh sebagai syahid.
Usai sudah peperangan, Rasulullah & para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad & tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan & membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipi beliau yang mulia itu. Tidak sedikitpun terlintas di benak beliau bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji & kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad & merobek dada Sayyidina Hamzah & mengambil hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata, ”Tidak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini.”
Setelah itu Rasulullah & kaum muslimin men-shalat-kan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu per satu. Pertama Sayyidina Hamzah di shalatkan lalu di bawa lagi jasad seorang syahid untuk di shalatkan, sementara jasad Sayyidina Hamzah tetap dibiarkannya di situ. Lalu jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Sayyidina Hamzah tetap di tempat. Kemudian di bawa jenazah yang ketiga & dibaringkannya di samping jenazah Sayyidina Hamzah. Lalu Rasulullah & para sahabat lainnya menshalatkan mayit itu. Demikianlah Rasulullah menshalatkan para syuhada Uhud satu persatu, hingga jika di hitung Maka Rasulullah & para sahabat telah menshalatkan Sayyidina Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.
Shallu Alannabi.
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan