Catatan Popular

Khamis, 13 Februari 2014

Menghargai Pemberian

Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori, bahwa pernah suatu ketika Rasulullah SAW mendapat undangan makan dari seorang sahabat wanita bernama Bariroh r.ha., yg mana beliau adalah seorang hamba sahaya yg mikin. Rasulullah SAW pun menerima undangan itu, lalu beliau meminta kepada seorang sahabat untuk menemaninya pergi ke rumah sahabat wanita tersebut. Salah satu akhlak Nabi kita adalah apabila Beliau diundang oleh seorang yg miskin, maka Beliau akan memenuhi undangan tersebut dengan tergesa2 karena takut akan membuat hati mereka kecewa jika Beliau datang terlambat.
Dan tatkala Nabi Muhammad SAW telah sampai di rumah Sayyidah Bariroh r.ha, Beliau pun dijamu oleh tuan rumah dengan makanan yg terbuat dari bubur gandum yg bercampur dengan daging. Ketika Nabi Sang pujaan hati hendak memakannya, maka berkatalah sahabat yg datang bersama Nabi, "Ya Rasulullah ini adalah makanan shodaqoh! Dan anda dilarang untuk memakan shodaqoh".
Kemungkinan sahabat ini keceplosan dan memperkirakan kalau makanan seperti itu tidak mungkin didapat oleh Sayyidah Bariroh r.ha. kecuali ia dapatkan dari shodaqoh orang lain. Dan ternyata benar makanan itu adalah makanan yang dishodaqohkan kepadanya. Makanan itu dikenal sangat enak di kalangan Arab, bahkan kemungkinan ia belum pernah mencicipi makanan itu disebabkan oleh kemiskinannya. Namun, ia tidak ingin memakannya karena ingin menjamu Nabi Muhammad SAW Sang kekasih hati.
Mendengar hal itu, Sayyidah Bariroh r.ha. pun menjadi malu karena telah menghidangkan makanan shodaqoh kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan keindahan akhlak yang dimiliki Nabi kita, Beliau pun menanggapi perkataan sahabat tadi dan bermaksud untuk menghibur hati tuan rumah, yang kurang lebih bermakna, "Ini adalah shodaqoh untuk Bariroh, akan tetapi telah menjadi hadiah untuk kita" (karena makanan itu telah menjadi hak Sayyidah Bariroh r.ha. yang kemudian dihadiahkan kepada Sang Nabi tercinta).
Demikianlah akhlak Nabi kita Al-Musthofa SAW yang mana Beliau tidak pernah mengecewakan siapapun khususnya umat Beliau. Demikian pula akhlak Beliau yang tidak pernah mencela hadiah dari orang lain karena takut melukai hati si pemberi hadiah dan karena bisa jadi hadiah itu merupakan suatu yang cukup berharga bagi si pemberi khususnya pemberi yang sebenarnya ia juga membutuhkan, sebagaimana yang terjadi dalam kisah di atas. Allahu A'lam bisshowab. Menghargai Pemberian
Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori, bahwa pernah suatu ketika Rasulullah SAW mendapat undangan makan dari seorang sahabat wanita bernama Bariroh r.ha., yg mana beliau adalah seorang hamba sahaya yg mikin. Rasulullah SAW pun menerima undangan itu, lalu beliau meminta kepada seorang sahabat untuk menemaninya pergi ke rumah sahabat wanita tersebut. Salah satu akhlak Nabi kita adalah apabila Beliau diundang oleh seorang yg miskin, maka Beliau akan memenuhi undangan tersebut dengan tergesa2 karena takut akan membuat hati mereka kecewa jika Beliau datang terlambat.
Dan tatkala Nabi Muhammad SAW telah sampai di rumah Sayyidah Bariroh r.ha, Beliau pun dijamu oleh tuan rumah dengan makanan yg terbuat dari bubur gandum yg bercampur dengan daging. Ketika Nabi Sang pujaan hati hendak memakannya, maka berkatalah sahabat yg datang bersama Nabi, "Ya Rasulullah ini adalah makanan shodaqoh! Dan anda dilarang untuk memakan shodaqoh".
Kemungkinan sahabat ini keceplosan dan memperkirakan kalau makanan seperti itu tidak mungkin didapat oleh Sayyidah Bariroh r.ha. kecuali ia dapatkan dari shodaqoh orang lain. Dan ternyata benar makanan itu adalah makanan yang dishodaqohkan kepadanya. Makanan itu dikenal sangat enak di kalangan Arab, bahkan kemungkinan ia belum pernah mencicipi makanan itu disebabkan oleh kemiskinannya. Namun, ia tidak ingin memakannya karena ingin menjamu Nabi Muhammad SAW Sang kekasih hati.
Mendengar hal itu, Sayyidah Bariroh r.ha. pun menjadi malu karena telah menghidangkan makanan shodaqoh kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan keindahan akhlak yang dimiliki Nabi kita, Beliau pun menanggapi perkataan sahabat tadi dan bermaksud untuk menghibur hati tuan rumah, yang kurang lebih bermakna, "Ini adalah shodaqoh untuk Bariroh, akan tetapi telah menjadi hadiah untuk kita" (karena makanan itu telah menjadi hak Sayyidah Bariroh r.ha. yang kemudian dihadiahkan kepada Sang Nabi tercinta).
Demikianlah akhlak Nabi kita Al-Musthofa SAW yang mana Beliau tidak pernah mengecewakan siapapun khususnya umat Beliau. Demikian pula akhlak Beliau yang tidak pernah mencela hadiah dari orang lain karena takut melukai hati si pemberi hadiah dan karena bisa jadi hadiah itu merupakan suatu yang cukup berharga bagi si pemberi khususnya pemberi yang sebenarnya ia juga membutuhkan, sebagaimana yang terjadi dalam kisah di atas. Allahu A'lam bisshowab.
Allohumma sholli 'alaa sayyidinaa muhammad wa 'alaa aalihi wasohbihi wasalim.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan