Catatan Popular

Khamis, 19 Mei 2011

HABIB SALIM BIN JINDAN ULAMA YANG ISTIQOMAH



Suatu ketika Habib Salim bin Jindan membawa Patung Bunda Maria dan diletakkan di pekarangan rumahnya, Hal tersebut terasa aneh bagi sebagaian masyarakat maupun para 'Ulama waktu itu, Bahkan pernah juga salah seorang 'Ulama mendatangi rumah Habib Salim Jindan untuk menanyakan kenapa Patung Bunda Maria diletakkan di Pekarangan Rumahnya dan merasa bahwa Habib Salim telah murtad, namun dengan ketenangan Habib Salim menyuruh 'Ulama yang marah tersebut untuk mengaji dan memperdalam 'ilmu agama, baru nanti datang lagi kembali. Dengan Rasa penasaran dan keheranan pergilah sang 'Ulama tersebut dari Rumah Habib Salim Jindan.

Belakangan Diketahui Bahwa Habib Salim Jindan memang sengaja menaruh patung Bunda Maria di pekarangan rumahnya agar dapat terlihat oleh orang-orang Nasrani yang pulang dari Gereja yang kebetulan berseberangan dengan Rumah Habib Salim Jindan, Patung itu akan tetap disitu agar mereka sadar bahwa apa yang mereka sembah selama ini hanyalah sebuah patung yang tidak bisa berbuat banyak, Patung itu tidak bisa membela dan menyelamatkan dirinya bagaimana mungkin bisa membela dan menyelamatkan umat Nasrani. Patung itu kepanasan, kehujanan tanpa bisa berbuat apa-apa kalau tidak dipindahkan oleh pemiliknya. Ini berarti Bunda Maria yang selama ini mereka sembah hanya sebatas benda mati.

Dan ternyata banyak dari mereka orang Nasrani yang sering melintas didepan Rumah Habib Salim Jindan sadar bahwa mereka selama ini hanya menyembah patung yang tidak bisa berbuat banyak yang akhirnya mereka memeluk Agama Islam.

Ini adalah salah satu Methode Da'wah yang dilakukan Habib Salim Jindan yang menurut sebagain orang tidak Lazim. Namun ketokohan dan ke'ilmuan yang dalam tentang Agama Allah membuat sebagian 'Ulama dan masyarakat dapat memahami hal tersebut. Bahkan pernah suatu ketika seorang Pendeta mendatangi Habib Salim Jindan untuk melakukan dialog. ” Habib saya mau tanya yang lebih mulia itu orang yang masih hidup atau orang yang sudah mati...? " Tanya Pendeta kepada habib Salim . “Semua orang akan menjawab bahwa orang yang masih hidup itu lebih mulia dari pada orang yang sudah mati, sebab orang yang sudah mati sudah menjadi bangkai ”. Jawab Habib Salim Jindan. Lalu dengan pertanyaan menggurui Pendeta itu membalasnya ” Kalau begitu Nabi 'Isa Yesus kristus lebih mulia dari pada Nabi Muhammad, karena Muhammad Nabi anda telah meninggal, sedangkan Nabi 'Isa Menurut keyakinan Anda Masih hidup hingga sekarang...!!!!" , Habib Jindan tak mau kalah dengan Tutur bahasa yang sangat diplomatis Habib Salim menjawab " Kalau begitu ibu saya lebih mulia dibandingkan dengan Bunda Maryam, sebab Bunda Maryam sudah meninggal sedangkan ibu saya masih hidup dan sekarang sedang memasak di dapur " Mendengar jawaban enteng dari Habib Salim Jindan, sang pendeta pun diam seribu bahasa lalu pergi.

Nama lengkap beliau Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Shaleh bin 'Abdullah bin 'Umar bin 'Abdullah bin Jindan lahir di Surabaya pada hari jumat tgl 07 september 1906, Sejak kecil Habib Salim Jindan mendapat pendidikan agama dari Ayahnya yang juga memang seorang 'Ulama (Habib Ahmad Jindan). Kecerdasan dan bakat yang dimilki Habib Salim Jindan memang diakui sehingga dalam usia yang relatif muda mampu memnguasai beberapa fan 'ilmu. Tak cukup itu saja Habib Salim Jindan melakukan pengembaraan keberbagai 'Ulama-ulama terkemuka untuk menimba 'ilmu seperti Habib Abdul Qodir bilfaqih ( Pendiri Pondok Pesantren Darul Hadits Al Faqihiyyah Malang ), Habib Abdullah bin Muhsin ( Empang Bogor), Habib Muhammad Muhdhor (Bondowoso), Habib Abu bakar Assegaf (Gresik) , KH Muhammad Kholil ( Madura) dan masih banyak lagi Para 'Ulama dan Habaib yang beliau kunjungi untuk menuntut 'ilmu dan Mengambil keberkahan dari beliau.

Maka tak heran di Usia 19 tahun habib Salim Jindan telah menguasai berbagai 'ilmu agama terutama 'Ilmu Hadits maka beliau mendapat predikat sebagai Muhaddits dan Musnid, sejak itu pula beliau memulai Dakwahnya keberbagai daerah. Mengajak umat untuk istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhkan larangan Allah. Disamping itu pula Habib Salim selalu mengajak bangsa Indonesia Ummat Islam khususnya untuk bangkit menentang segala bentuk Impreliasme baik penjahan Belanda maupun Jepang. Ceramah Beliau mampu mengobarkan semangat membara untuk melawan penjajahan, maka tak heran Pihak penjajah dibuat kalang kabut oleh aksi-aksi pejuang yang begitu semangat siap untuk mati dalam melawan pihak penjajah. Habib Salim sempat di tangkap Jepang dan di jebloskan ke penjara .

Sekitar tahun 1940 Habib Salim Hijarh ke Jakarta dan bersama sama para 'Ulama dan Habaib gencar melakukan da'wah Islam, diantaranya adalah Habib 'Ali Al'athas Bungur dan Habib 'Ali Al habsyi Kwitang. Trio Habib Betawi tersebut sangat dihormati baik oleh masyarakat maupun oleh para 'Ulama kerena ketinggian 'ilmu yang dimiliki oleh ketiga Habib tersebut, bahkan banyak para 'Ulama dan Habaib yang berguru kepadanya.salah satunya adalah almarhum Mu'allim KH Syafi’i Hadzami .

Habib Salim Jindan Wafat di Jakarta 01 Juni 1969 dan dimaqomkan di Komplek pemakaman Al-Hawi Condet Jakarta, beliau meninggalkan anak dan cucunya yang mampu meneruskan perjuangannya dalam mensyi'arkan Agama Allah dengan istiqomah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan